Senin, 30 September 2013 08:44 WITA
Net
Ilustrasi
POS-KUPANG.COM, RUTENG, PK -- Florianus Asmun
(39), bandar judi kupon putih (KP) beromset Rp 1,3 miliar mengaku
kapok tinggal di dalam terali penjara, Mapolres Manggarai. Setiap waktu
dia menangis mengingat putranya yang berusia 3,5 tahun dan istrinya
Agnes Ganu yang sedang hamil.
"Bila tidak memikirkan anak, istri dan orangtua yang dibawa polisi, saya sebenarnya sudah lari ke Bali atau Jawa. Polisi tak akan bisa menemukan saya lagi. Tapi mendengar anak dan istri saya menangis memanggil saya, saya tidak kuat. Lebih baik saya menyerahkan diri saja. Saya yang justru membuat mereka jadi susah," tutur Flori, kepada wartawan Sabtu siang (28/9/2013 di ruang kerja Kasat Reskrim Polres Manggarai.
Hari Kamis (26/9/2013) pukul 02.00 Wita, Flori menyerahkan diri ke Mapolres Manggarai diantar Kepala Desa Compang Dalo.
Ketika polisi datang ke Kampung Dalo, Kecamatan Ruteng, menangkapnya, Flori berada di rumah gendang (adat). Seorang tukang ojek menyarankannya lari dan sembunyi di kompleks pekuburan kampung. Dia menurutinya ketika polisi gerebek rumahnya, Rabu siang (25/9/2013), pukul 15.00 Wita. Dia baru berani kembali ke rumahnya pukul 19.00 Wita, mendapati rumahnya sudah kosong.
"Saya tidak tahan dengar telepon istri dan anak menangis. Saya berpikir saya harus segera menyerahkan diri kepada polisi. Malam itu, saya bawa satu botol bir (adat Manggarai) minta maaf kepada polisi," ujar Flori.
"Saya sayang kepada anak dan istri saya. Saya mengajarkan dia supaya sekolah dan jadi manusia. Bapak juga marah ketika pertama kali saya main judi dan kemudian jadi bandar. Mereka tidak terlibat sama sekali," kenangnya.
Berada di dalam tahanan, diakui Flori, sangat sengsara. Kebebasan dibatasi tembok dan pintu besi. "Saya satu sel dengan pelaku korupsi, dua orang petugas koperasi harian yang gelapkan uang nasabah Rp 70-an juta. Saya tanya ke mana uangnya, mereka tidak tahu. Bodoh sekali mereka," kata Flori, mengundang senyum Kasat Reskrim Iptu Edy, S.H.
Flori sudah tekad berhenti total dari segala bentuk judi. Tekad itu akan dituangkanya dalam pernyataan 'hitam di atas putih' kepada polisi. Kelak bebas, dia ingin alih profesi mengolah sawah dan memelihara sapi. "Warisan sawah orangtua masih luas. Kami juga punya banyak sapi. Saya juga mau ternak ayam," ujar pria yang hanya drop out (DO) SLTA ini.
"Bila tidak memikirkan anak, istri dan orangtua yang dibawa polisi, saya sebenarnya sudah lari ke Bali atau Jawa. Polisi tak akan bisa menemukan saya lagi. Tapi mendengar anak dan istri saya menangis memanggil saya, saya tidak kuat. Lebih baik saya menyerahkan diri saja. Saya yang justru membuat mereka jadi susah," tutur Flori, kepada wartawan Sabtu siang (28/9/2013 di ruang kerja Kasat Reskrim Polres Manggarai.
Hari Kamis (26/9/2013) pukul 02.00 Wita, Flori menyerahkan diri ke Mapolres Manggarai diantar Kepala Desa Compang Dalo.
Ketika polisi datang ke Kampung Dalo, Kecamatan Ruteng, menangkapnya, Flori berada di rumah gendang (adat). Seorang tukang ojek menyarankannya lari dan sembunyi di kompleks pekuburan kampung. Dia menurutinya ketika polisi gerebek rumahnya, Rabu siang (25/9/2013), pukul 15.00 Wita. Dia baru berani kembali ke rumahnya pukul 19.00 Wita, mendapati rumahnya sudah kosong.
"Saya tidak tahan dengar telepon istri dan anak menangis. Saya berpikir saya harus segera menyerahkan diri kepada polisi. Malam itu, saya bawa satu botol bir (adat Manggarai) minta maaf kepada polisi," ujar Flori.
"Saya sayang kepada anak dan istri saya. Saya mengajarkan dia supaya sekolah dan jadi manusia. Bapak juga marah ketika pertama kali saya main judi dan kemudian jadi bandar. Mereka tidak terlibat sama sekali," kenangnya.
Berada di dalam tahanan, diakui Flori, sangat sengsara. Kebebasan dibatasi tembok dan pintu besi. "Saya satu sel dengan pelaku korupsi, dua orang petugas koperasi harian yang gelapkan uang nasabah Rp 70-an juta. Saya tanya ke mana uangnya, mereka tidak tahu. Bodoh sekali mereka," kata Flori, mengundang senyum Kasat Reskrim Iptu Edy, S.H.
Flori sudah tekad berhenti total dari segala bentuk judi. Tekad itu akan dituangkanya dalam pernyataan 'hitam di atas putih' kepada polisi. Kelak bebas, dia ingin alih profesi mengolah sawah dan memelihara sapi. "Warisan sawah orangtua masih luas. Kami juga punya banyak sapi. Saya juga mau ternak ayam," ujar pria yang hanya drop out (DO) SLTA ini.
Editor: omdsmy_novemy_leo
Sumber: Pos Kupang