Tuesday, 21 January 2014

Pastor Berorasi, Pendemo Nyatakan Siap Mati untuk Lembata

Selasa, 21 Januari 2014 10:57 WITA
Pastor Berorasi, Pendemo Nyatakan Siap Mati untuk Lembata
POS KUPANG/FELIKS JANGGU
Suster Alfonsa, CB menyampaikan seruan keadilan dan kedamaian untuk bumi Lembata saat bersama
ribuan warga demo di Mapolres Lembata, Senin (20/1/2014).  
Laporan Wartawan Pos Kupang, Feliks Janggu POS KUPANG.COM, LEWOLEBA -- Para  imam terus menyuarakan dan menuntut keadilan ditegakkan di bumi Lembata. Lembata harus dibangun dengan kedamaian dan cinta.
Segala tindakan kekejian, kekerasan dan penyiksaan terhadap para tersangka pembunuhan tidak dibenarkan dan melanggar bukan hanya Hak Asasi Manusia (HAM), melainkan juga KUHP yang ditegakan oleh penegak hukum.
Setiap kali pastor berorasi, mereka menyatakan siap mati untuk keadilan dan kedamaian di bumi Lembata. Bahkan Suster Alfonsa, CB pun tidak tahan  dan menyampaikan seruan keadilan dan kedamaian untuk bumi Lembata.
Para penegak hukum agar jujur, adil dan tidak melakukan pembohongan terhadap masyarakat  Lembata. Usut tuntas kematian almarhum Laurens Wadu. Jika tidak, kejadian yang sama akan terulang lagi di masa mendatang.
Sebelumnya, para imam, biarawan/biarawati, warga dari berbagai agama di Kabupaten Lembata bersama dengan Forum Penyelamat Lewotanah Lembata, Senin (20/1/2014), berdemonstrasi ke Markas Polres (Mapolres) Lembata.
Ribuan masyarakat Lembata itu mendatangi Mapolres Lembata sambil mengusung peti mati dan disemayamkan di halaman Mapolres Lembata. Mereka membangun kemah di halaman Mapolres Lembata untuk menginap menunggu kedatangan Kapolda NTT, Brigjen Polisi  I Ketut Untung Yoga Ana, di Lewoleba.
Aksi solidaritas kemanusiaan untuk  keadilan bagi penuntasan pengusutan aktor intelektual di balik kematian almarhum Aloisius Laurensius Wadu, itu  berlangsung tenang, aman dan damai.
Demonstrasi berawal dari Gereja Beneaux Lewoleba. Umat dari berbagai paroki dengan koordinator para pastor mereka masing-masing sebelum ke Mapolres Lembata berkumpul di halaman Gereja Katolik Santo Beneaux Lewoleba.
Para pastor, suster dan frater bersama umat mengusung peti mati yang kemudian disemayamkan di Mapolres Lembata. Pendemo berkeliling Kota Lewoleba dikawal aparat keamanan dari Polres Lembata.
Aksi ribuan warga Lembata itu karena tidak puas dengan kinerja penyidik Polres Lembata terkait pengungkapan kasus pembunuhan mantan Kepala Dinas Perhubungan Lembata, almarhum Aloisius Laurens Wadu.*
Editor: alfred_dama
Sumber: Pos Kupang

No comments:

Post a Comment